Langsung ke konten utama

Proyek IKN Melambat, Penjualan Semen di Kalimantan Ambles 21,8 Persen

Penjualan Semen di Kalimantan Terjun Bebas, Ada Apa dengan IKN?

Oke, mari kita bicara soal angka-angka nih. Angka-angka yang mungkin kedengarannya kering, tapi sebenarnya bercerita banyak tentang apa yang sedang terjadi di lapangan, di tanah kita sendiri. Kali ini, pandangan kita tertuju ke Kalimantan. Kenapa Kalimantan? Karena ada kabar dari sana yang, jujur saja, cukup bikin kita mengerutkan dahi. Penjualan semen di wilayah ini, kata Asosiasi Semen Indonesia (ASI), anjlok parah. Bukan cuma turun sedikit, tapi anjlok signifikan.

Coba bayangkan, dalam tiga bulan pertama tahun ini saja, penjualan semen di Kalimantan turun drastis. Angkanya, nih, catat baik-baik: 21,8%. Dua puluh satu koma delapan persen! Itu bukan angka kecil dalam dunia industri, apalagi untuk sebuah komoditas sepenting semen, yang jadi tulang punggung setiap pembangunan, setiap gedung yang berdiri, setiap jembatan yang terhubung, setiap jalan yang terbentang. Penurunan sebesar itu, menurut ASI, adalah yang terdalam di seluruh Indonesia pada kuartal pertama 2025 ini.

Jadi, kita punya gambaran: industri semen, salah satu indikator vital kesehatan pembangunan dan ekonomi, lagi batuk-batuk kencang di Kalimantan. Dan batuknya ini, menurut data, paling parah dibandingkan daerah lain di negeri ini. Ini tentu menimbulkan pertanyaan besar, bukan?

Penurunan Penjualan Semen Terbesar di Kalimantan

Kalau kita lihat data yang disajikan ASI, tren penurunan penjualan semen ini sebenarnya terjadi di seluruh Indonesia. Ibaratnya, seluruh negeri lagi ngerem sedikit dalam urusan ngecor dan membangun. Tapi, seperti kata Pak Ketua ASI, Lilik Unggul Raharjo, "Penjualan semen di seluruh wilayah Indonesia mengalami tren penurunan, dimana penurunan terbesar terjadi di Kalimantan sebesar 21,8 persen." Beliau menyampaikannya belum lama ini, dan beritanya dikutip Minggu (15/6). Pernyataan ini bukan cuma sekadar omongan, tapi data resmi dari asosiasi yang menaungi seluruh pabrikan semen di sini. Jadi, ketika mereka bilang penurunan terbesar ada di Kalimantan dengan angka 21,8%, itu adalah fakta yang perlu kita perhatikan serius.

Angka 21,8% itu, kalau boleh kita visualisasikan, seperti seperlima lebih dari total volume semen yang biasanya terjual di sana tiba-tiba lenyap. Bayangkan, kalau biasanya ada seratus truk semen yang mondar-mandir setiap hari, sekarang hanya ada kurang dari delapan puluh. Dampaknya ke mana-mana: ke pabrik semen, ke distributor, ke toko bangunan, ke tukang, sampai ke buruh harian yang mengandalkan proyek-proyek pembangunan. Ini bukan sekadar statistik di atas kertas, ini menyangkut roda ekonomi yang melambat, menyangkut mata pencaharian orang-orang.

Kenapa Kalimantan yang paling parah? Ini pertanyaan krusial. Wilayah ini kan, beberapa waktu belakangan, jadi sorotan nasional bahkan internasional karena proyek super besar yang sedang berjalan di sana. Proyek yang digadang-gadang jadi masa depan Indonesia. Ya, apalagi kalau bukan Ibu Kota Nusantara, atau IKN.

IKN dan Dampaknya terhadap Permintaan Semen

Nah, inilah intinya. Menurut pandangan Asosiasi Semen Indonesia, yang disampaikan langsung oleh Pak Lilik Unggul Raharjo, pelemahan penjualan semen yang parah di Kalimantan ini tak bisa dilepaskan dari kondisi proyek IKN. "Penurunan di Kalimantan ini tak lepas dari melambatnya proyek IKN akibat pemotongan anggaran oleh pemerintah," jelas beliau.

Jadi, hubungannya langsung ya? Proyek IKN yang seharusnya jadi motor penggerak utama, lokomotif raksasa yang menarik gerbong-gerbong pembangunan di Kalimantan, dikaitkan erat dengan penurunan drastis permintaan semen di sana. Ini logis, kan? Proyek sebesar IKN butuh jutaan ton semen. Gedung pencakar langit, istana, kantor-kantor kementerian, jalan tol, perumahan, semua itu kan pondasinya semen. Ketika proyeknya melambat, wajar kalau permintaan semen ikut melambat.

Istilah "melambatnya proyek IKN" ini menarik. ASI mengaitkannya langsung dengan "pemotongan anggaran oleh pemerintah". Kata-kata ini, "pemotongan anggaran", punya makna yang dalam. Ini bukan sekadar penundaan jadwal, tapi ada urusan dompet negara yang, menurut ASI, berimbas langsung ke kecepatan pembangunan di IKN. Kalau anggaran dipotong atau diefisienkan, berarti laju pekerjaan juga ikut menyesuaikan, kan? Tender mungkin ditunda, pembayaran diperlambat, atau scope pekerjaan direvisi. Semua itu ujung-ujungnya mengurangi kebutuhan akan material bangunan, termasuk semen.

Proyek pembangunan IKN ini, sedianya, memang diharapkan jadi penyelamat konsumsi semen di Kalimantan. Di tengah kondisi ekonomi yang mungkin belum sepenuhnya pulih atau stabil, IKN diharapkan jadi semacam oase besar permintaan. Namun, kenyataannya, jika proyek ini sendiri melambat karena alasan anggaran, maka harapan itu pun ikut meredup, setidaknya untuk sementara waktu.

Efisiensi Anggaran Pemerintah dan Laju Pembangunan IKN

Ketika pimpinan asosiasi industri sekelas ASI menyebut "pemotongan anggaran oleh pemerintah" sebagai penyebab melambatnya proyek IKN dan, konsekuensinya, anjloknya penjualan semen, ini bukan klaim sembarangan. Ini adalah analisis mereka berdasarkan data penjualan yang mereka kumpulkan dari seluruh anggotanya. Mereka melihat tren di lapangan, dan menghubungkannya dengan faktor-faktor eksternal yang paling mungkin berpengaruh.

Diskusi tentang efisiensi anggaran atau pemotongan anggaran ini sering kali muncul dalam konteks pengelolaan keuangan negara. Pemerintah punya prioritas, dan kadang di tengah jalan, ada penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan berdasarkan kondisi fiskal atau perubahan prioritas. Nah, menurut pandangan ASI, penyesuaian anggaran ini tampaknya berimbas langsung pada denyut nadi pembangunan di IKN. Akibatnya, pesanan semen yang seharusnya mengalir deras ke lokasi proyek IKN, jadi tertahan atau berkurang signifikan.

Kita bisa mencoba memahami implikasinya. Ketika sebuah proyek raksasa seperti IKN, yang melibatkan begitu banyak kontraktor, pemasok, dan pekerja, mengalami perlambatan karena isu anggaran, dampaknya akan terasa bergelombang. Kontraktor mungkin harus menunda pekerjaan, memesan material lebih sedikit, atau bahkan mengurangi jumlah pekerja. Pemasok material, seperti pabrik semen, merasakan langsung dampaknya berupa penurunan pesanan yang signifikan.

Angka 21,8% ini adalah cerminan dari gelombang perlambatan itu. Ini bukan cuma soal angka di laporan keuangan perusahaan semen, tapi soal aktivitas ekonomi yang menurun di sebuah wilayah yang sedang dalam fokus pembangunan besar-besaran. Ini seperti mesin yang tadinya digas penuh, tiba-tiba injak rem karena ada masalah di pasokan bahan bakarnya (dalam hal ini, anggaran).

Analisis ASI ini memberikan perspektif yang penting. Mereka melihat, dari sisi permintaan material bangunan, bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai ekspektasi di IKN, dan mereka mengaitkannya dengan isu anggaran. Tentu perlu didalami lebih lanjut, tetapi dari kacamata industri semen, inilah penjelasan utama mengapa Kalimantan mencatatkan penurunan penjualan semen yang paling dalam secara nasional.

Perbandingan Penurunan Penjualan Semen di Berbagai Wilayah

Sebagaimana disebutkan Pak Lilik dan data dari ASI, penurunan penjualan semen tidak hanya terjadi di Kalimantan. Ini fenomena yang lebih luas, meskipun Kalimantan adalah juaranya dalam hal penurunan. Mari kita lihat angka-angka dari wilayah lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.

Selain Kalimantan yang turun 21,8%, ada wilayah lain yang juga mencatat penurunan signifikan. Misalnya, Bali-Nusa Tenggara. Di sana, penurunan tercatat sebesar 15,2%. Cukup besar juga, kan? Bali dan Nusa Tenggara ini kan biasanya banyak proyek pariwisata dan infrastruktur pendukungnya. Penurunan lebih dari 15% ini pasti juga terasa dampaknya di sana.

Lalu ada Sulawesi. Pulau besar di tengah Indonesia ini juga mengalami penurunan penjualan semen, angkanya 13,9%. Sulawesi belakangan juga banyak pembangunan, terutama terkait smelter dan infrastruktur di wilayah pertambangan. Penurunan hampir 14% ini menunjukkan ada perlambatan juga di sana, meskipun tidak sedalam di Kalimantan.

Bagaimana dengan Jawa? Pulau terpadat di Indonesia, pusat ekonomi dan pembangunan. Di Jawa, penurunannya sebesar 6%. Angka ini, meskipun terlihat jauh lebih kecil dibandingkan Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, atau Sulawesi, tetap saja berarti ada kontraksi dalam aktivitas pembangunan di Jawa. Mengingat volume konsumsi semen di Jawa ini luar biasa besar, penurunan 6% ini sebenarnya juga signifikan dalam skala absolut.

Kemudian ada Maluku-Papua. Di wilayah timur Indonesia ini, penurunan penjualan semen tercatat 4,4%. Relatif lebih kecil dibandingkan wilayah lain yang sudah kita sebutkan, tapi tetap menunjukkan tren penurunan. Wilayah ini punya tantangan geografis dan logistik yang unik, jadi dinamika pasarnya mungkin berbeda.

Terakhir, ada Sumatera. Pulau besar ini mencatat penurunan yang paling kecil, yaitu 0,2%. Bisa dibilang, konsumsi semen di Sumatera relatif stabil, meskipun tetap ada sedikit penurunan. Sumatera juga punya aktivitas pembangunan yang tinggi, dari perkebunan, pertambangan, hingga infrastruktur jalan tol. Angka 0,2% ini menunjukkan bahwa perlambatan di Sumatera tidak sekuat di wilayah lain.

Melihat sebaran angka penurunan ini, Kalimantan memang menjadi kasus yang paling ekstrem. Angka 21,8% di sana sangat menonjol dibandingkan penurunan di bawah 10% di sebagian besar wilayah lain (kecuali Bali-Nusa Tenggara dan Sulawesi yang juga dua digit penurunannya, tapi tetap di bawah Kalimantan). Ini kembali menguatkan dugaan bahwa ada faktor spesifik di Kalimantan yang menyebabkan penurunan sedalam itu. Dan ASI menunjuk hidung ke IKN.

Proyek IKN Sebagai Mesin Pertumbuhan Semen di Kalimantan

Mari kita telaah lebih dalam peran IKN ini. Sebelum ada proyek ambisius ini, konsumsi semen di Kalimantan punya polanya sendiri, mengikuti perkembangan ekonomi lokal, proyek infrastruktur daerah, serta pembangunan perumahan dan properti. Namun, begitu keputusan pemindahan ibu kota ditetapkan dan proyek IKN mulai berjalan, harapan besar muncul bahwa IKN akan menjadi mesin pendorong utama bagi industri semen di Kalimantan.

Bagaimana tidak? Pembangunan sebuah kota baru dari nol di tengah hutan tropis membutuhkan jumlah material bangunan yang masif, dan semen adalah salah satunya yang paling fundamental. Pembangunan jalan akses, pembangunan kawasan inti pusat pemerintahan, pembangunan perumahan untuk ASN, pembangunan fasilitas umum, semua itu membutuhkan pasokan semen yang tidak sedikit dan berkelanjutan selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu, para pelaku industri semen pasti sudah menyiapkan strategi dan kapasitas untuk menangkap peluang besar dari proyek IKN ini. Peningkatan produksi, optimalisasi jalur distribusi, hingga penyiapan sumber daya manusia diantisipasi untuk mendukung kebutuhan pembangunan di sana. IKN dilihat sebagai "proyek raksasa" yang bisa mendongkrak kinerja penjualan semen di Kalimantan secara dramatis.

Namun, realitas di kuartal pertama 2025 tampaknya tidak sejalan dengan ekspektasi yang begitu tinggi itu. Penurunan 21,8% ini menjadi bukti nyata bahwa proyek IKN, yang seharusnya jadi "motor penggerak" itu, ternyata mengalami hambatan yang cukup serius, setidaknya dari kacamata industri semen. Hambatan yang kemudian diterjemahkan oleh ASI sebagai dampak dari perlambatan proyek akibat pemotongan anggaran.

Ini seperti kita berharap ada balapan mobil super cepat, tapi ternyata mobilnya cuma jalan pelan karena tangki bensinnya tidak diisi penuh atau ada masalah di mesinnya. Ekspektasi lari kencang, tapi kenyataan di lapangan temponya jauh lebih lambat. Dan industri semen, yang sudah siap sedia dengan pasokan bahan bakar (semen), merasakan langsung dampaknya.

Jadi, narasi yang dibangun ASI cukup jelas: IKN seharusnya jadi penyelamat, tapi karena melambat, justru kontribusi positifnya tidak sesuai harapan, bahkan mungkin malah memperparah kondisi penurunan penjualan yang sudah ada karena faktor lain. Ini dilema yang menarik untuk dicermati.

Pelemahan Daya Beli Masyarakat dan Kondisi Ekonomi

Selain isu IKN, ASI juga menyoroti faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan penjualan semen secara umum, termasuk di Kalimantan. Faktor tersebut adalah "pelemahan daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi". Ini adalah faktor yang lebih makro, lebih luas cakupannya, tidak hanya terbatas pada satu proyek besar seperti IKN.

Daya beli masyarakat ini sangat penting bagi konsumsi semen di sektor ritel. Ketika daya beli masyarakat kuat, orang-orang cenderung lebih berani untuk merenovasi rumah, membangun tambahan di properti mereka, atau bahkan membeli rumah baru yang secara otomatis akan membutuhkan semen untuk pembangunan atau penyelesaiannya. Sebaliknya, ketika daya beli melemah, atau masyarakat merasa tidak yakin dengan kondisi ekonomi di masa depan, mereka cenderung menunda pengeluaran yang tidak mendesak, termasuk pengeluaran untuk renovasi atau pembangunan.

"Ketidakpastian kondisi ekonomi" bisa bermacam-macam bentuknya. Bisa karena inflasi yang tinggi sehingga harga-harga kebutuhan pokok naik dan mengurangi anggaran untuk hal lain. Bisa karena kondisi pasar tenaga kerja yang tidak pasti, membuat orang khawatir kehilangan pekerjaan atau sulit mendapatkan pekerjaan baru. Bisa juga karena suku bunga yang tinggi, yang membuat orang berpikir ulang untuk mengambil kredit KPR atau kredit renovasi.

Ketika faktor-faktor ekonomi makro ini menciptakan "ketidakpastian" dan "pelemahan daya beli", sektor properti dan pembangunan rumah tangga adalah salah satu yang paling cepat merasakan dampaknya. Orang jadi "mengerem" keinginan atau rencana untuk membangun atau merenovasi. Permintaan semen dari segmen ini pun ikut menurun.

Di Kalimantan, faktor pelemahan daya beli masyarakat ini juga pasti berperan. Meskipun ada proyek besar IKN, mayoritas masyarakat Kalimantan tetap mengandalkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Jika sektor-sektor tersebut terdampak oleh kondisi ekonomi yang tidak pasti, maka daya beli masyarakat umum pun akan melemah. Dan pelemahan daya beli ini akan menambah daftar panjang tantangan bagi industri semen di wilayah tersebut, selain masalah spesifik yang terkait dengan IKN.

Jadi, penurunan penjualan semen di Kalimantan ini sepertinya merupakan hasil kombinasi dari dua faktor utama menurut ASI: pertama, melambatnya proyek IKN karena isu anggaran; dan kedua, pelemahan daya beli masyarakat akibat kondisi ekonomi yang tidak pasti. Dua pukulan dari arah yang berbeda, yang sayangnya menghantam industri semen di Kalimantan dengan dampak yang paling parah dibandingkan wilayah lain.

Melihat Angka Penurunan 21,8% dari Dekat

Angka 21,8% ini bukan sekadar statistik. Di balik angka itu, ada cerita tentang semen yang tidak terjual, truk yang tidak mengangkut, pabrik yang mungkin mengurangi shift produksi, toko bangunan yang sepi pembeli, dan tukang bangunan yang kesulitan mencari proyek. Ini adalah indikator yang sangat sensitif terhadap denyut nadi ekonomi dan pembangunan.

Ketika kita melihat penurunan sedalam ini, pertanyaan selanjutnya adalah: apa dampaknya bagi industri semen itu sendiri? Pastinya berdampak pada kinerja keuangan perusahaan-perusahaan semen yang beroperasi di Kalimantan atau yang menyuplai semen ke wilayah tersebut. Penjualan yang turun drastis berarti pendapatan yang turun, laba yang tertekan, dan mungkin penyesuaian-penyesuaian dalam operasi bisnis.

Ini juga berdampak pada para pekerja di industri ini, dari level manajemen hingga buruh harian. Perlambatan kegiatan bisnis bisa berarti pengurangan jam kerja, penundaan rekrutmen, atau bahkan mungkin langkah-langkah yang lebih drastis jika kondisinya terus memburuk. Tentu kita semua berharap ini hanya kondisi sementara.

Selain itu, penurunan penjualan semen juga bisa menjadi sinyal awal tentang kondisi pembangunan secara keseluruhan. Semen adalah bahan baku fundamental. Kalau penjualannya anjlok, itu bisa jadi cerminan bahwa aktivitas pembangunan fisik di wilayah tersebut memang sedang melambat secara signifikan, baik itu proyek pemerintah maupun pembangunan oleh sektor swasta dan masyarakat.

ASI, sebagai representasi industri, memiliki kepentingan besar agar pasar semen kembali bergairah. Penurunan 21,8% ini pasti menjadi perhatian serius bagi mereka. Laporan dari Pak Lilik Unggul Raharjo ini adalah cara mereka menyampaikan kondisi di lapangan kepada publik dan mungkin juga kepada pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, agar situasi ini mendapat perhatian dan dicari solusinya.

Solusi untuk masalah ini kompleks, karena melibatkan faktor makro seperti kondisi ekonomi global dan domestik, serta faktor spesifik seperti kelancaran proyek IKN dan ketersediaan anggarannya. ASI berharap ada langkah-langkah strategis yang bisa diambil untuk mengatasi pelemahan ini dan mengembalikan gairah pembangunan.

Menunggu Perkembangan IKN dan Pemulihan Daya Beli

Masa depan penjualan semen di Kalimantan, dan sebagian besar wilayah lain di Indonesia yang juga mengalami penurunan, tampaknya sangat bergantung pada dua hal utama yang disorot ASI: perkembangan proyek IKN dan pemulihan daya beli masyarakat.

Untuk IKN, kelancaran proyek sangat bergantung pada ketersediaan dan realisasi anggaran. Jika isu pemotongan anggaran bisa diatasi dan proyek kembali berjalan sesuai rencana dengan tempo yang lebih cepat, maka permintaan semen dari IKN akan kembali meningkat dan bisa membantu mendongkrak angka penjualan di Kalimantan. Ini memerlukan koordinasi dan langkah-langkah strategis dari pemerintah dan pihak terkait dalam pengelolaan proyek super besar ini.

Sementara itu, pemulihan daya beli masyarakat sangat terkait dengan kondisi ekonomi secara lebih luas. Stabilitas harga, penciptaan lapangan kerja, kebijakan moneter yang mendukung, dan kepercayaan diri konsumen adalah faktor-faktor yang bisa mendorong daya beli masyarakat kembali menguat. Jika masyarakat kembali merasa yakin dengan kondisi ekonomi dan punya kemampuan finansial yang lebih baik, mereka akan lebih berani untuk kembali melakukan investasi di sektor properti, renovasi, atau pembangunan rumah tinggal, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan semen di segmen ritel.

Perlu diingat juga bahwa angka 21,8% ini adalah data kuartal pertama 2025. Kondisi ini bisa berubah di kuartal-kuartal berikutnya. Bisa membaik jika faktor-faktor penyebabnya teratasi, atau justru bisa memburuk jika tantangan yang ada semakin berat. Semua mata sekarang tertuju pada perkembangan IKN, kebijakan anggaran pemerintah, dan pergerakan ekonomi secara umum.

Sebagai penutup, angka penurunan penjualan semen 21,8% di Kalimantan ini adalah pengingat yang tajam bahwa pembangunan dan ekonomi itu saling terkait erat. Material sekecil semen bisa jadi indikator sensitif tentang seberapa kencang roda pembangunan itu berputar. Dan ketika roda itu melambat drastis di sebuah wilayah yang punya proyek nasional super prioritas, itu sinyal yang tidak bisa diabaikan begitu saja. ASI sudah menyampaikan pandangan mereka, sekarang saatnya kita semua mencermati perkembangannya, berharap ada solusi cepat agar industri ini kembali sehat dan pembangunan di Kalimantan, termasuk IKN, bisa kembali melaju kencang.

Data ini mengingatkan kita bahwa di balik janji-janji pembangunan besar, ada realitas di lapangan yang kadang penuh tantangan. Mengatasi tantangan anggaran, menjaga daya beli masyarakat, dan memastikan proyek-proyek strategis berjalan lancar adalah pekerjaan rumah besar yang harus terus dikerjakan bersama. Angka 21,8% itu adalah alarm. Semoga alarm ini didengar dan direspons dengan tindakan yang tepat.

```

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Silfester Matutina Tuding Ada Bohir di Balik Desakan Pemakzulan Gibran

Berikut adalah artikel yang Anda minta, dalam gaya Anderson Cooper yang informal dan menarik, siap untuk dipublikasikan: Skandal Bohir Pemakzulan Gibran: Siapa Dalang di Balik Layar? Skandal Bohir Pemakzulan Gibran: Siapa Dalang di Balik Layar? Anda tahu, di dunia politik, seringkali ada drama yang tersaji di depan mata kita. Tapi, pernahkah Anda berpikir, apa yang sebenarnya terjadi di balik panggung? Siapa yang menarik tali, siapa yang memegang kendali? Pertanyaan-pertanyaan semacam inilah yang tiba-tiba menyeruak ke permukaan, mencuat dari sebuah pengakuan yang cukup mengejutkan. Ini bukan sekadar desas-desus, ini adalah tudingan serius yang dilemparkan langsung oleh salah satu tokoh di barisan pendukung capres-cawapres yang baru saja memenangkan kontestasi, Bapak Silfester Matutina. Silfester Matutina, Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet), baru-baru ini membuat pernyataan yang bisa dibilang mengguncang jagat politik...

KIKO Season 4 Episode THE CURATORS Bawa Petualangan Baru Kota Asri Masa Depan

JAKARTA - Menemani minggu pagi yang seru bersama keluarga, serial animasi KIKO Season Terbaru hadir di RCTI dengan membawa keseruan untuk dinikmati bersama di rumah. Hingga saat ini, KIKO telah meraih lima penghargaan bergengsi di tingkat nasional dan internasional dalam kategori anak-anak dan animasi. Serial ini juga telah didubbing ke dalam empat bahasa dan tayang di 64 negara melalui berbagai platform seperti Disney XD, Netflix, Vision+, RCTI+, ZooMoo Channel, dan Roku Channel. Musim terbaru ini menghadirkan kisah yang lebih segar dan inovatif, mempertegas komitmen MNC Animation dalam industri kreatif. Ibu Liliana Tanoesoedibjo menekankan bahwa selain menyajikan hiburan yang seru, KIKO juga mengandung nilai edukasi yang penting bagi anak-anak Indonesia. Berikut sinopsis episode terbaru KIKO minggu ini. Walikota menugaskan Kiko dkk untuk menyelidiki gedung bekas Galeri Seni karena diduga telah alih fungsi menjadi salah satu markas The Rebel. Kiko, Tingting, Poli, dan Pa...

Khotbah Jumat Pertama Dzulhijjah : Keutamaan 10 Hari Awal Bulan Haji

Khotbah Jumat kali ini mengangkat tema keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan hari ini merupakan Jumat pertama di Bulan Haji tersebut bertepatan dengan tanggal 30 Mei 2025. Berikut materi Khotbah Jumat Dzulhijjah disampaikan KH Bukhori Sail Attahiry dilansir dari website resmi Masjid Istiqlal Jakarta. Khutbah ini bisa dijadikan materi dan referensi bagi khatib maupun Dai yang hendak menyampaikan khotbah Jumat. Allah subhanahu wata'ala memberikan keutamaan pada waktu-waktu agung. Di antara waktu agung yang diberikan keutamaan oleh Allah adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah . Keutamaan tersebut memberikan kesempatan kepada umat Islam agar memanfaatkannya untuk berlomba mendapatkan kebaikan, baik di dunia maupun di Akhirat. Hal ini dijelaskan melalui Hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berikut: Artinya: "Dari Jabir radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baiknya hari dunia adalah sepuluh...