Langsung ke konten utama

Prabowo di SPIEF 2025: Rusia dan China Tidak Pernah Memiliki Standar Ganda

Menyelami Pernyataan Prabowo di Rusia: Ketika Standar Ganda Dipertanyakan di Panggung Dunia

Halo semuanya, selamat datang kembali! Ada berita yang cukup menggema dari kancah diplomasi internasional, dan kali ini datang langsung dari St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia. Bayangkan, Presiden kita, Bapak Prabowo Subianto, berdiri di panggung global dan melontarkan sebuah pernyataan yang mungkin akan memicu banyak diskusi, bahkan mungkin perdebatan di berbagai sudut dunia. Ini bukan sekadar pidato biasa, lho. Ini adalah sebuah pandangan yang kuat, yang menyoroti bagaimana dua kekuatan besar dunia, Rusia dan China, dilihat dari mata seorang pemimpin dari Belahan Bumi Selatan.

Pernyataan ini terasa begitu penting karena menyentuh akar dari apa yang banyak negara rasakan di tengah dinamika geopolitik saat ini: soal keadilan, konsistensi, dan tentu saja, tentang standar ganda. Mari kita bedah lebih dalam apa yang disampaikan Bapak Prabowo di jantung kota St. Petersburg itu.

Mengurai Klaim: Rusia dan China Tanpa Standar Ganda?

Di sebuah forum ekonomi internasional yang biasanya fokus pada angka dan proyeksi, Prabowo membawa sebuah pesan yang jauh lebih filosofis, namun sangat relevan bagi hubungan antarnegara. Dia menegaskan, tanpa ragu, bahwa Rusia dan China "tidak pernah memiliki standar ganda." Coba pikirkan sejenak, apa artinya ini dalam konteks hubungan internasional yang seringkali terasa penuh intrik dan kepentingan tersembunyi?

Ketika seorang pemimpin berbicara tentang "standar ganda," dia sedang menunjuk pada situasi di mana prinsip-prinsip yang sama diterapkan secara berbeda tergantung pada siapa pelakunya atau siapa korbannya. Misalnya, sebuah tindakan mungkin dianggap sah jika dilakukan oleh satu pihak, namun dikutuk keras jika dilakukan oleh pihak lain. Nah, Prabowo di sini menyiratkan bahwa Rusia dan China, dalam kacamata dan pengamatannya, telah menunjukkan konsistensi dalam sikap dan tindakan mereka di panggung global. Ini adalah sebuah pengakuan yang signifikan, terutama datang dari Indonesia, negara yang secara tradisional menganut politik luar negeri bebas aktif.

Klaim "tanpa standar ganda" ini menyiratkan sebuah kredibilitas, sebuah integritas dalam pendekatan mereka terhadap isu-isu global. Di saat banyak negara merasa frustrasi dengan ketidakpastian dan inkonsistensi kekuatan-kekuatan besar, pandangan Prabowo ini menawarkan perspektif yang berbeda, sebuah gambaran di mana ada pihak yang tetap teguh pada prinsip-prinsip yang mereka pegang. Ini bukan hanya soal kebijakan luar negeri, tetapi juga soal kepercayaan, yang merupakan mata uang paling berharga dalam diplomasi.

Suara dari Belahan Bumi Selatan: Mengapa Ini Beresonansi?

Tak berhenti di sana, Prabowo bahkan melangkah lebih jauh. Dia mengatakan, "Saya kira banyak dari belahan bumi selatan akan setuju dengan saya." Ini adalah poin krusial yang perlu kita garis bawahi. Belahan Bumi Selatan, atau yang sering disebut Global South, adalah kumpulan negara-negara berkembang dan ekonomi baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Mereka adalah suara-suara yang sering merasa terpinggirkan, suara-suara yang mendambakan tatanan dunia yang lebih adil dan setara.

Mengapa pernyataan Prabowo ini berpotensi beresonansi kuat di antara mereka? Karena banyak negara di Belahan Bumi Selatan telah lama merasakan ketidakadilan, tekanan, atau bahkan intervensi yang mungkin mereka anggap datang dari kekuatan-kekuatan tertentu yang menerapkan standar yang berbeda-beda. Mereka mendambakan sebuah tatanan dunia di mana setiap negara, besar atau kecil, diperlakukan dengan hormat dan setara di bawah payung hukum internasional yang universal. Ketika ada sebuah kekuatan besar yang dicitrakan tanpa standar ganda, ini menjadi semacam harapan, sebuah model hubungan yang lebih egaliter.

Jadi, ketika Prabowo menyatakan pandangannya di Rusia, di hadapan banyak pemimpin dunia, dia tidak hanya berbicara atas nama Indonesia, tetapi juga seolah menjadi corong bagi sentimen yang berkembang luas di antara negara-negara di Belahan Bumi Selatan. Ini adalah pengakuan atas frustrasi yang ada, dan pada saat yang sama, sebuah sinyal tentang arah yang diinginkan banyak negara berkembang menuju masa depan yang lebih seimbang.

Pembela Kebenaran dan Keadilan Global: Sebuah Sudut Pandang

Pernyataan Prabowo berlanjut dengan penekanan pada peran Rusia dan China dalam "selalu membela pihak yang tertindas" dan "mendukung keadilan ke seluruh negara." Ini adalah klaim yang sangat kuat, bukan? Di panggung global, di mana konflik dan ketidaksetaraan masih menjadi bagian dari realita, pandangan bahwa ada kekuatan besar yang secara konsisten berdiri di sisi yang 'benar' adalah sesuatu yang patut diperhatikan.

Apa makna "membela pihak yang tertindas"? Ini bisa diartikan sebagai dukungan politik, diplomatik, atau bahkan material kepada negara-negara yang merasa dirugikan, dibungkam, atau diperlakukan tidak adil dalam sistem internasional. Ini adalah tentang melawan dominasi, tentang memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak memiliki kekuatan untuk bersuara lantang sendiri. Dan ketika Prabowo menambahkan bahwa kedua negara ini "mendukung keadilan ke seluruh negara," ini menegaskan komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip universal tentang hak dan kesetaraan, bukan hanya untuk diri mereka sendiri atau sekutu dekat mereka, tetapi untuk seluruh komunitas global.

Pernyataan ini mencerminkan sebuah narasi di mana Rusia dan China diposisikan sebagai pilar stabilitas dan keadilan, sebuah kontra-narasi terhadap pandangan-pandangan lain yang mungkin menyoroti aspek-aspek berbeda dari kebijakan luar negeri mereka. Ini menunjukkan bahwa di mata Prabowo, dan mungkin juga banyak negara di Global South, kedua negara ini memainkan peran penting dalam menciptakan keseimbangan dan memperjuangkan tatanan yang lebih berimbang di dunia.

Menyambut Era Dunia Multipolar: Akhir dari Unipolaritas?

Dan inilah inti dari visi Prabowo yang disampaikan di SPIEF 2025: pandangannya bahwa langkah Rusia dan China ini "seirama dengan perkembangan dunia yang multipolar." Menurutnya, "dunia unipolar dan dunia sentralistis sudah berlalu." Ini adalah pernyataan yang sangat berani dan visioner, yang menggambarkan perubahan fundamental dalam struktur kekuatan global.

Mari kita pahami. "Dunia unipolar" adalah kondisi di mana satu kekuatan dominan (atau satu blok kekuatan) mendikte sebagian besar arah politik dan ekonomi global. Konsep ini sering dikaitkan dengan periode pasca-Perang Dingin, di mana ada satu hegemon yang tak tertandingi. Namun, Prabowo dengan tegas menyatakan bahwa era itu sudah menjadi masa lalu. Ini bukan lagi zamannya satu kutub saja yang menentukan segalanya. Demikian pula dengan "dunia sentralistis," di mana keputusan dan kendali terpusat pada satu atau beberapa entitas saja.

Sebaliknya, yang sedang kita saksikan, menurut Prabowo, adalah kemunculan "dunia multipolar." Ini adalah sebuah tatanan di mana kekuatan tersebar di berbagai pusat kekuasaan. Ada lebih dari satu kutub, dan setiap kutub memiliki pengaruh signifikan. Rusia, China, dan tentu saja, negara-negara lain yang sedang naik daun di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, semuanya berkontribusi pada penciptaan keseimbangan kekuatan baru ini. Ini berarti lebih banyak suara, lebih banyak perspektif, dan semoga saja, lebih banyak solusi untuk tantangan global yang kompleks.

Visi dunia multipolar ini adalah tentang pemerataan kekuasaan, tentang dialog yang lebih inklusif, dan tentang bagaimana berbagai negara besar dan menengah dapat bekerja sama untuk membentuk masa depan, alih-alih didikte oleh satu kekuatan saja. Pernyataan Prabowo di Rusia ini bukan hanya sekadar observasi, tetapi juga sebuah seruan untuk menyambut dan berkontribusi pada era baru ini, di mana lebih banyak negara memiliki peran dan suara yang setara di panggung global.

Refleksi Akhir: Pesan Kuat dari Panggung Dunia

Apa yang bisa kita ambil dari pidato Presiden Prabowo Subianto di St. Petersburg ini? Ini adalah sebuah pesan yang berani, disampaikan dengan keyakinan, di hadapan audiens global yang penting. Ini bukan sekadar diplomatik basa-basi. Ini adalah sebuah pandangan yang menyoroti pergeseran kekuatan, keinginan akan keadilan yang universal, dan kritik terhadap ketidakkonsistenan yang kadang terjadi dalam hubungan internasional.

Prabowo, sebagai pemimpin Indonesia, sebuah negara yang selalu menjunjung tinggi prinsip bebas aktif dan non-blok, memilih untuk secara terbuka mengapresiasi peran Rusia dan China dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih seimbang. Dia melihat mereka bukan sebagai bagian dari masalah standar ganda, melainkan sebagai bagian dari solusi, terutama dalam konteks transisi menuju dunia multipolar.

Pernyataan ini akan terus menjadi bahan diskusi, memprovokasi pemikiran tentang arah hubungan internasional ke depan. Ini menunjukkan bahwa Indonesia, melalui pemimpinnya, aktif dalam membentuk narasi global, menawarkan perspektif yang mungkin akan beresonansi luas di antara mereka yang mendambakan dunia yang lebih adil dan seimbang. Ini adalah momen penting yang patut kita cermati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Silfester Matutina Tuding Ada Bohir di Balik Desakan Pemakzulan Gibran

Berikut adalah artikel yang Anda minta, dalam gaya Anderson Cooper yang informal dan menarik, siap untuk dipublikasikan: Skandal Bohir Pemakzulan Gibran: Siapa Dalang di Balik Layar? Skandal Bohir Pemakzulan Gibran: Siapa Dalang di Balik Layar? Anda tahu, di dunia politik, seringkali ada drama yang tersaji di depan mata kita. Tapi, pernahkah Anda berpikir, apa yang sebenarnya terjadi di balik panggung? Siapa yang menarik tali, siapa yang memegang kendali? Pertanyaan-pertanyaan semacam inilah yang tiba-tiba menyeruak ke permukaan, mencuat dari sebuah pengakuan yang cukup mengejutkan. Ini bukan sekadar desas-desus, ini adalah tudingan serius yang dilemparkan langsung oleh salah satu tokoh di barisan pendukung capres-cawapres yang baru saja memenangkan kontestasi, Bapak Silfester Matutina. Silfester Matutina, Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet), baru-baru ini membuat pernyataan yang bisa dibilang mengguncang jagat politik...

KIKO Season 4 Episode THE CURATORS Bawa Petualangan Baru Kota Asri Masa Depan

JAKARTA - Menemani minggu pagi yang seru bersama keluarga, serial animasi KIKO Season Terbaru hadir di RCTI dengan membawa keseruan untuk dinikmati bersama di rumah. Hingga saat ini, KIKO telah meraih lima penghargaan bergengsi di tingkat nasional dan internasional dalam kategori anak-anak dan animasi. Serial ini juga telah didubbing ke dalam empat bahasa dan tayang di 64 negara melalui berbagai platform seperti Disney XD, Netflix, Vision+, RCTI+, ZooMoo Channel, dan Roku Channel. Musim terbaru ini menghadirkan kisah yang lebih segar dan inovatif, mempertegas komitmen MNC Animation dalam industri kreatif. Ibu Liliana Tanoesoedibjo menekankan bahwa selain menyajikan hiburan yang seru, KIKO juga mengandung nilai edukasi yang penting bagi anak-anak Indonesia. Berikut sinopsis episode terbaru KIKO minggu ini. Walikota menugaskan Kiko dkk untuk menyelidiki gedung bekas Galeri Seni karena diduga telah alih fungsi menjadi salah satu markas The Rebel. Kiko, Tingting, Poli, dan Pa...

Khotbah Jumat Pertama Dzulhijjah : Keutamaan 10 Hari Awal Bulan Haji

Khotbah Jumat kali ini mengangkat tema keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan hari ini merupakan Jumat pertama di Bulan Haji tersebut bertepatan dengan tanggal 30 Mei 2025. Berikut materi Khotbah Jumat Dzulhijjah disampaikan KH Bukhori Sail Attahiry dilansir dari website resmi Masjid Istiqlal Jakarta. Khutbah ini bisa dijadikan materi dan referensi bagi khatib maupun Dai yang hendak menyampaikan khotbah Jumat. Allah subhanahu wata'ala memberikan keutamaan pada waktu-waktu agung. Di antara waktu agung yang diberikan keutamaan oleh Allah adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah . Keutamaan tersebut memberikan kesempatan kepada umat Islam agar memanfaatkannya untuk berlomba mendapatkan kebaikan, baik di dunia maupun di Akhirat. Hal ini dijelaskan melalui Hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berikut: Artinya: "Dari Jabir radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baiknya hari dunia adalah sepuluh...